Jumat, 03 Juni 2011

SAMURAI : JEPANG BANGEEET!!

Jika membicarakan Jepang, tak lengkap rasanya jika tak menyinggung mengenai Samurai. Yuuup...salah satu kebudayaan  yang terkenal di Jepang. Sifat- sifat seorang samurai mendarahdaging dalam diri warga Jepang dalam kehidupan sehari- hari mereka. Tapi sebenarnya, bagaimanakah sejarah samurai itu?? Cekibroooot!!

Dalam catatan sejarah militer di Jepang, terdapat data-data yang menjelaskan bahwa pada zaman Nara (710 – 784), pasukan militer Jepang mengikuti model yang ada di Cina dengan memberlakukan wajib militer9 dan dibawah komando langsung Kaisar. Dalam peraturan yang diberlakukan tersebut setiap laki-laki dewasa baik dari kalangan petani maupun bangsawan, kecuali budak, diwajibkan untuk mengikuti dinas militer. Secara materi peraturan ini amat berat, karena para wakil tersebut atau kaum milter harus membekali diri secara materi sehingga banyak yang menyerah dan tidak mematuhi peraturan tersebut. Selain itu pula pada waktu itu kaum petani juga dibebani wajib pajak yang cukup berat sehingga mereka melarikan diri dari kewajiban ini. Pasukan yang kemudian terbentuk dari wajib militer tersebut dikenal dengan sakimori ( 防人 ) yang secara harfiah berarti “pembela”, namun pasukan ini tidak ada hubungannya dengan samurai yang ada pada zaman berikutnya.

Setelah tahun 794, ketika ibu kota dipindahkan dari Nara ke Heian (Kyoto), kaum bangsawan menikmati masa kemakmurannya selama 150 tahun di bawah pemerintahan kaisar. Tetapi, pemerintahan daerah yang dibentuk oleh pemerintah pusat justru menekan para penduduk yang mayoritas adalah petani. Pajak yang sangat berat menimbulkan pemberontakan di daerah-daerah, dan mengharuskan petani kecil untuk bergabung dengan tuan tanah yang memiliki pengaruh agar mendapatkan pemasukan yang lebih besar. Dikarenakan keadaan negara yang tidak aman, penjarahan terhadap tuan tanah pun terjadi baik di daerah dan di ibu kota yang memaksa para pemilik shoen (tanah milik pribadi) mempersenjatai keluarga dan para petaninya. Kondisi ini yang kemudian melahirkan kelas militer yang dikenal dengan samurai.

Kelompok toryo (panglima perang) di bawah pimpinan keluarga Taira dan Minamoto muncul sebagai pemenang di Jepang bagian Barat dan Timur, tetapi mereka saling memperebutkan kekuasaan. Pemerintah pusat, dalam hal ini keluarga Fujiwara, tidak mampu mengatasi polarisasi ini, yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan kaum bangsawan.

Kaisar Gonjo yang dikenal anti-Fujiwara, mengadakan perebutan kekuasaan dan memusatkan kekuasaan politiknya dari dalam o-tera yang dikenal dengan insei seiji. Kaisar Shirakawa,menggantikan kaisar Gonjo akhirnya menjadikan o-tera sebagai markas politiknya. Secara lihai, ia memanfaatkan o-tera sebagai fungsi keagamaan dan fungsi politik.

Tentara pengawal o-tera, souhei (
僧兵 ) pun ia bentuk, termasuk memberi sumbangan tanah (shoen) pada o-tera. Lengkaplah sudah o-tera memenuhi syarat sebagai “negara” di dalam negara. Akibatnya, kelompok kaisar yang anti pemerintahan o-tera mengadakan perlawanan dengan memanfaatkan kelompok Taira dan Minamoto yang sedang bertikai.

Keterlibatan Taira dan Minamoto dalam pertikaian ini berlatar belakang pada kericuhan yang terjadi di istana menyangkut perebutan tahta, antara Fujiwara dan kaisar yang pro maupun kotra terhadap o-tera. Perang antara Minamoto, yang memihak o-tera melawan Taira, yang memihak istana, muncul dalam dua pertempuran besar yakni Perang Hogen (1156) dan Perang Heiji (1159).
Peperangan akhirnya dimenangkan oleh Taira yang menandai perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik. Untuk pertama kalinya, kaum samurai muncul sebagai kekuatan politik di istana.

Taira pun mengangkat dirinya sebagai kuge (
公家 - bangsawan kerajaan), sekaligus memperkokoh posisi samurai-nya. Sebagian besar keluarganya diberi jabatan penting dan dinobatkan sebagai bangsawan.

Keangkuhan keluarga Taira akhirnya melahirkan konspirasi politik tingkat tinggi antara keluarga Minamoto (yang mendapat dukungan dari kaum bangsawan) dengan kaisar Shirakawa, yang pada akhirnya mengantarkan keluarga Minamoto mendirikan pemerintahan militer pertama di Kamakura (Kamakura Bakufu; 1192 – 1333).

Ketika Minamoto Yoritomo wafat pada tahun 1199, kekuasaan diambil alih oleh keluarga Hojo yang merupakan pengikut Taira. Pada masa kepemimpinan keluarga Hojo (1199 -1336), ajaran Zen masuk dan berkembang di kalangan samurai. Para samurai mengekspresikan Zen sebagai falsafah dan tuntunan hidup mereka.

Pada tahun 1274, bangsa Mongol datang menyerang Jepang. Para samurai yang tidak terbiasa berperang secara berkelompok dengan susah payah dapat mengantisipasi serangan bangsa Mongol tersebut. Untuk mengantisipasi serangan bangsa Mongol yang kedua (tahun 1281), para samurai mendirikan tembok pertahanan di teluk Hakata (pantai pendaratan bangsa mongol) dan mengadopsi taktik serangan malam. Secara menyeluruh, taktik berperang para samurai tidak mampu memberikan kehancuran yang berarti bagi tentara Mongol, yang menggunakan taktik pengepungan besar-besaran, gerak cepat, dan penggunaan senjata baru (dengan menggunakan mesiu). Pada akhirnya, angin topanlah yang menghancurkan armada Mongol, dan mencegah bangsa Mongol untuk menduduki Jepang. Orang Jepang menyebut angin ini kamikaze (angin dewa).

Dua hal yang diperoleh dari penyerbuan bangsa Mongol adalah pentingnya mobilisasi pasukan infantri secara besar-besaran, dan kelemahan dari kavaleri busur panah dalam menghadapi penyerang. Sebagai akibatnya, lambat laun samurai menggantikan busur-panah dengan “pedang” sebagai senjata utama samurai. Pada awal abad ke-14, pedang dan tombak menjadi senjata utama di kalangan panglima perang.

Pada zaman Muromachi (1392 – 1573), diwarnai dengan terpecahnya istana Kyoto menjadi dua, yakni Istana Utara di Kyoto dan Istana Selatan di Nara. Selama 60 tahun terjadi perselisihan sengit antara Istana Utara melawan Istana Selatan (nambokuchō tairitsu).

Pertentangan ini memberikan dampak terhadap semakin kuatnya posisi kaum petani dan tuan tanah daerah (
 shugo daimyō) dan semakin lemahnya shogun Ashikaga di pemerintahan pusat. Pada masa ini, Ashikaga tidak dapat mengontrol para daimyō daerah. Mereka saling memperkuat posisi dan kekuasaannya di wilayah masing-masing.

Setiap Han13 seolah terikat dalam sebuah negara-negara kecil yang saling mengancam. Kondisi ini melahirkan krisis panjang dalam bentuk perang antar tuan tanah daerah atau sengoku jidai (1568 – 1600). Tetapi krisis panjang ini sesungguhnya merupakan penyaringan atau kristalisasi tokoh pemersatu nasional, yakni tokoh yang mampu menundukkan tuan-tuan tanah daerah, sekaligus menyatukan Jepang sebagai “negara nasional” di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Tokoh tersebut adalah Jenderal Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi.

Oda Nobunaga, seorang keturunan daimyo dari wilayah Owari dan seorang ahli strategi militer, mulai menghancurkan musuh-musuhnya dengan cara menguasai wilayah Kinai, yaitu Osaka sebagai pusat perniagaan, Kobe sebagai pintu gerbang perdagangan dengan negara luar, Nara yang merupakan “lumbung padi”, dan Kyoto yang merupakan pusat pemerintahan Bakufu Muromachi dan istana kaisar.

Strategi terpenting yang dijalankannya adalah Oda Nobunaga dengan melibatkan agama untuk mencapai ambisinya. Pedagang portugis yang membawa agama Kristen, diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Oda dalam hal ini adalah agar ia secara leluasa dapat memperoleh senjata api yang diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis, sekaligus memonopoli perdagangan dengan pihak asing. Dengan memiliki senjata api (yang paling canggih pada masa itu), Oda akan dapat menundukkan musuh-musuhnya lebih cepat dan mempertahankan wilayah yang telah dikuasainya serta membentuk pemerintahan pusat yang kokoh.

Oda Nobubunaga membangun benteng Azuchi Momoyama pada tahun 1573 setelah berhasil menjatuhkan Bakufu Muromachi. Strategi Oda dengan melindungi agama Kristen mendatangkan sakit hati bagi pemeluk agama Budha. Pada akhirnya, ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri, Akechi Mitsuhide, seorang penganut agama Budha yang fanatik, pada tahun 1582 di Honnoji, sebelum ia berhasil menyatukan seluruh Jepang.

Toyotomi Hideyoshi, yang merupakan pengikut setia Oda, melanjutkan penyatuan Jepang, dan tugasnya ini dituntaskan pada tahun 1590 dengan menaklukkan keluarga Hojo di Odawara dan keluarga Shimaru di Kyushu tiga tahun sebelumnya.

Terdapat dua peraturan penting yang dikeluarkan Toyotomi : taiko kenchi (peraturan kepemilikan tanah) dan katana garirei (peraturan perlucutan pedang) bagi para petani. Kedua peraturan ini secara strategis bermaksud “mengontrol” kekayaan para tuan tanah dan mengontrol para petani agar tidak melakukan perlawanan atau pemberontakan bersenjata.

Keberhasilan Toyotomi menaklukkan seluruh tuan tanah mendatangkan masalah tersendiri. Semangat menang perang dengan energi pasukan yang tidak tersalurkan mendatangkan ancaman internal yang menjurus kepada disintegrasi bagi keluarga militer yang tidak puas atas kemenangan Toyotomi. Dalam hal inilah Toyotomi menyalurkan kekuatan dahsyat tersebut untuk menyerang Korea pada tahun 1592 dan 1597. Sayang serangan ini gagal dan Toyotomi wafat pada tahun 1598, menandakan awal kehancuran bakufu Muromachi.

Kecenderungan terdapat perilaku bawahan terhadap atasan yang dikenal dengan istilah gekokujō ini telah muncul tatkala Toyotomi menyerang Korea. Ketika itu, Tokugawa Ieyasu mulai memperkuat posisinya di Jepang bagian timur, khususnya di Edo (Tokyo). Kemelut ini menyulut perang besar antara kelompok-kelompok daimyo yang memihak Toyotomi melawan daimyo yang memihak Tokugawa di medan perang Sekigahara pada tahun 1600. Kemenangan berada di pihak Tokugawa di susul dengan didirikannya bakufu Edo pada tahun 1603.
Lambang beberapa Samurai Jepang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgON1YcDf2VVCanLZ_RksNoalMb8bQSkLnPiycSyGxEhRAm1gR1XF_1eK-F9DJkKXMevl45UxpUMROw03JP4EBEfFewLiseVh5s8RfSP-pEvcVgvHEPFttHpKpmtD3VW1jwNWSSnqUI3mw/s320/Lambang+Akechi+Mitsuhide.jpeg
Akechi Mitsuhide, penguasa Provinsi Tamba
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj624L3_0fEja1cGVrl2sn7N8q8nBbJTPDQwPA_bit7X2dW7D5ieb9g354Mca_VH5xtpEL9Xy-oEar_HQbyxqPlFwSub42GrWNEC5xNlHvr-ky-5Lp6rnF2ppen7wKkiO6Urrv4kmZLPJE/s320/Lambang+Asai+Nagamasa.jpeg
Asai Nagamasa, penguasa Provinsi Omi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLx7Ma3cAbkja44k4TVrJDWCrGZ4lBTqEltcVQQC9rRepasPE1r2tq1pq-KCG9QKPPjcRBPRaU4pZf6cCsuCokknx8B_L58zCVn2HqoEmmQYm44AEtJlQTSwBKQuRlhFH0k6wjzvirXg4/s320/Lambang+Imagawa+Yoshimoto.jpeg
Imagawa Yoshimoto, penguasa Provinsi Suruga

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQggYT-sloAMpFJzuxnPFlnqCvDXhrvGslDNmVhkiM25BsvfZjE9E06WfPrNnkSMmT08-_MifV32xCEZVa1_D8o3D1hBUe09DCEhgGD8szfM0BfLwSBcyT5pUaz8dKqDyH8Y6mKKAFHfw/s320/Lambang+Mori+Terumoto.jpeg
Mori Terumoto, penguasa Provinsi-provinsi sebelah barat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3dtQdxPlnjWRCfb-LrWHQytUOXFwZM79uduQnE8iNB3h_LLuWGMro36RaoWHqApwgzIA6qP1_w0MFlKesbH3UGbbEsM7FFs2ONQIRlP9k6nwkraeHESRlBvyACKR-r_xCYEMD-JOxit8/s320/Lambang+Oda+Nobunaga.jpeg
Oda Nobunaga, Penguasa Provinsi Owari

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfDYIxyXZsyJqXjB9GtKpVHbdPiuT-8KWwL_L54896wlhwywSjNQunE9b7HZqqH_hYebdmYrZJ6eDus6Uhfn1bXDsFuuOqOqXvCFco8Ngc_CatWuigiwhtJG-aMEx5yxZGbQaRIOTHp6s/s320/Lambang+Saito+Dosan.jpeg
Saito Dosan, penguasa Provinsi Mino

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsoEoYvSkXvhO4h-myNygvnvMPlCJJgcFyppLghHhj8dlYn6HqMq_bAb-k1kXBvfg6HZBbU7z6xAPZ0fhui7tZv5z6sljbYs6-a46Z9wwON85U0z_EY6pBSF8S6DR6ejXNRNAAeFLcOqc/s320/Lambang+Shibata+Katsuie.jpeg
Shibata Katsuie, penguasa Provinsi Echizen
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3SxjSFZZ6CivPI3RYDl-hMjk7GMf5pd6_pSYmTMYX6yJBaCY1HGOirvM0SFSFva9SCxkCxex1R5Jvst6p_JiJC1mk0H7lfY6qFY0rI7Y-KClQIPp0OF6rJlYCTkz7ioaQl0PyQulJ4AI/s320/Lambang+Takeda+Shingen.jpeg
Takeda Shingen, penguasa Provinsi Kai

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcy028H3gZYg6uiK_4RmfRKkmLnx94LqZYOctgC9BmYKB4ZEvaJPOPQEuARI5jrxML6gu3paZq6BysGIrTSGLzEdJZERsZXsoznjIOmYzVrBvQ4s4sWuvl-fsoUuE6RPTZ7veZ3A0BQng/s320/Lambang+Tokugawa+Ieyasu.jpeg
Tokugawa Ieyasu, penguasa Provinsi Mikawa

Next time, kita akan bahas sisi lain dari Samurai,,

by Ninis Chan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar